evolusi manusia |
a. Teori Arnold Toynbee
Toynbee menuliskan tentang sebuah metahistory yang ada dalam peradaban yang mencakup kemunculan, pertumbuhan dan kehancurannya. Teori Toynbee ini senada dengan hukum siklus. Artinya ada kelahiran, pertumbuhan, kematian, kemudian disusul dengan kelahiran lagi, dan seterusnya.
Toynbee menyatakan bahwa peradaban-peradaban baru yang menggantikannya itu dapat mencapai prestasi melebihi peradaban yang digantikannya. Lebih lanjut lagi bagi Toynbee, peradaban adalah suatu rangkaian siklus kehancuran dan pertumbuhan, tetapi setiap peradaban baru yang kemudian muncul dapat belajar dari kesalahan-kesalahan dan meminjam kebudayaan dari tempat lain. Dengan demikian, memungkinkan setiap siklus baru memunculkan tahap pencapaian yang lebih tinggi. Ini berarti setiap siklus dibangun di atas peradaban yang lain
b. Teori Ibn Khaldun
Khaldun menyatakan bahwa faktor yang menyebabkan bersatunya manusia dalam suku-suku, negara, dan sebagainya adalah rasa solidaritas atau hubungan antarmasyarakat sebagai hasil peniruan dan pembauran. Menurutnya, faktor tersebutlah yang menyebabkan adanya ikatan dan usaha-usaha bersama yang terjadi antarmanusia. Sehingga kemudian dikenal inti dari konsepsi Ibnu Khaldun adalah dengan istilah “solidaritas sosial” atau “ashabiyah”.
c. Teori Karl Marx
Teori ini menyatakan bahwa penggerak sejarah manusia adalah kelas sosial. Karl Marx merumuskan bahwa perubahan sosial dan budaya sebagai produk dari sebuah produksi (materialism). Ia percaya bahwa akar penderitaan mannusia terletak pada konflik kelas, eksploitasi kaum pekerja oleh mereka yang memiliki alat produksi. Marxisme mendukung revolusi sebagai satu-satunya cara bagi kaum pekerja untuk dapat mengendalikan masyarakat.
d. Teori Pitirim A. Sorokin
Sorokin mengembangkan model siklus perubahan sosial, artinya dia yakin bahwa tahap-tahap sejarah cenderung berulang dalam kaitannya dengan mentalitas budaya yang dominan, tanpa membayangkan suatu tahap akhir yang final. Mentalitas budaya tersebut adalah kultur ideasional, kultur sensate, dan kultur campuran.Kultur ideasional menekankan pada aspek ritual dan non-material, kultur inderawi/sensate menekankan pada aspek material dan kesenangan lahiriah (hedonistik), dan kultur campuran menyeimbangkan antara ideasional dan inderawi/sensate.
Penekanan Sorokin pada berulangnya tema-tema dasar dimaksudkan untuk menolak gagasan bahwa perubahan sejarah dapat dilihat sebagai suatu proses liniear yang meliputi gerak dalam satu arah saja. Menurutnya, pola utama perubahan historis terjadi secara mellingkar. Studinya menyimpulkan bahw alingkaran itu tidak menandakan pengulangan sempurna tetapi lebih merupakan perwujudan baru dari prinsip pokok yang sama.
e. Teori Max Weber
Max Weber merasa tertantang oleh determinisme ekonomi Karl Marx yang memandang segala sesuatu dari sisi politik ekonomi. Berbeda dengan Marx, Weber dalam karya-karyanya menyentuh secara luas ekonomi, sosiologi, politik, dan sejarah teori sosial. Weber menggabungkan berbagai spektrum daerah penelitiannya tersebut untuk membuktikan bahwa sebab-akibat dalam sejarah tidak selamanya didasarkan atas motif-motif ekonomi belaka. Weber berhasil menunjukkan bahwa ide-ide religius dan etis justru memiliki pengaruh yang sangat besar dalam proses pematangan kapitalisme di tengah masyarakat Eropa. Sementara kapitalisme agak sulit mematangkan diri di dunia bagian timur oleh karena perbedaan religi dan filosofi hidup dengan yang di barat lebih dari pada sekadar faktor-faktor kegelisahan ekonomi atas penguasaan modal sekelompok orang yang lebih kaya.
f. Teori Talcott Parson
Parson mengembangkan model abstrak masyarakat yang sangat mempengaruhi satu generasi sosiolog. Model-model Parsons tentang bagaimana bagian-bagian masyarakat bekerja sama secara harmonis telah merangsang aktivisme sosial.
Ia menyatakan bahwa secara sederhana teori Aksi Positivisme dapat digambarkan melaui 1) Tekanana pada rasional, 2) Identifikasi rasional dalam prosedur ilmu pengetahuan modern, 3) Analisis beberapa elemen dalam suatu bentuk atom dari kesatuan perilaku, 4) Perjalanan akhir atau tujuan aksi yang diberikan dari beberrapa deviasii para pelaku, dan 5) Perlakuan yang iirasional dalam pengetahuan.
Sumber :
Doyle Paul Johnson. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta : PT Gramedia
James Henshin. 2006. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi : Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga
Wardi Bachtiar. 2006. Sosiologi Klasik. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
0 komentar:
Posting Komentar