Teori belajar humanistik berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya. Salah satu tokoh yang ikut menyumbangkan pemikirannya dalam teori ini adalah Arthur Combs. Ia bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu, guru tidak bisa mamaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka tidak mau dan terpaksa serta merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sesungguhnya tidak lain hanyalah dari ketidakmauan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.
Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan siswa. Guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada.
Arthur Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti 2 lingkaran yang bertitik pusat satu: Lingkaran kecil adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar. Lingkaran besar adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan. Jadi jelaslah mengapa banyak hal yang dipelajari oleh murid segera dilupakan, karena sedikit sekali kaitannya dengan dirinya.
Arthur Combs menjelaskan untuk mengerti tingkah laku manusia, yang penting adalah mengerti bagaimana dunia ini dilihat dari sudut pandangnya. Pernyataan ini adalah salah satu dari pandangan humanistik mengenai perasaan, persepsi, kepercayaan, dan tujuan tingkah laku inner (dari dalam) yang membuat orang berbeda dengan orang lain. Untuk mengerti orang lain, yang penting adalah melihat dunia sebagai yang dia lihat, dan untuk menentukan bagaimana orang berpikir, merasa tentang dia atau tentang dunianya. Combs menyatakan bahwa tingkah laku menyimpang adalah “akibat yang tidak ingin dilakukan, tetapi dia tahu bahwa dia harus melakukan”.
Seorang pendidik dapat memahami perilaku peserta didik jika ia mengetahui bagaimana peserta didik memersepsikan perbuatannya pada suatu situasi. Apa yang kelihatannya aneh bagi kita, mungkin saja tidak aneh bagi orang lain. Dalam proses pembelajaran, menurut para ahli psikologi humanistis, jika peserta didik memperoleh informasi baru, informasi itu dipersonalisasikan ke dalam dirinya. Yang menjadi masalah dalam proses pembelajaran bukanlah bagaimana bahan ajar itu disampaikan, tetapi bagaimana membantu peserta didik memetik arti dan makna yang terkandung di dalam bahan ajar itu. Apabila peserta didik dapat mengaitkan bahan ajar dengan kehidupannya, pendidik boleh berbesar hati karena misinya telah berhasil.
Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Meaning lah yang ditekankan dalam teori Arthur Combs ini. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu, guru tidak bisa mamaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Di sini guru harus peka terhadap siswanya. Kemudian guru dituntut untuk mampu memotivasi dan memberikan atau bahkan mengubah pandangan siswanya bahwa suatu pelajaran itu, yang semisal tidak disenangi siswa, akan memberikan manfaat untuknya kelak. Dengan begitu diharapkan pada diri siswa akan muncul dorongan instrinsik untuk belajar. Siswa bersedia belajar karena kesadaran dari dalam dirinya sendiri. Ia pun akan menjadi siswa yang orientasinya tidak hanya sekedar pada nilai (skor) tetapi lebih kepada ilmu pengetahuannya. Ia akan mampu memahami materi suatu pelajaran secara baik dan mendalam.
Karena meaning yang ditekankan dalam teori Arthur Combs, maka ini akan menjadi sulit untuk diterapkan dalam semua jenjang pendidikan. Untuk jenjang SD misalnya, akan sulit untuk diberi pandangan mengenai kebermanfaatan dari suatu pelajaran yang tidak disukainya. Ini akan lebih mudah untuk diterapkan di jenjang sekolah menengah (terutama SMA) karena siswa pada jenjang ini telah mampu untuk berpikir ke depan. Siwa tingkat sekolah menengah telah mampu untuk memahami isi suatu materi pelajaran, sedangkan tingkat SD cenderung dengan model hafalan dan belum mampu memahami isi secara mendalam.
Teori ini cocok untuk diterapkan dalam materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, (misal untuk pembelajaran Pendidikan Karakter) dan analisis terhadap fenomena sosial (misal Sosiologi).
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajar daripada hasil belajarnya. Karena lebih menitikberatkan pada prosesnya, maka siswa akan mampu memahami secara mendalam tentang materi yang ia peroleh dari suatu pembelajaran. Artinya, ia akan benar-benar mendapatkan ilmunya, orientasi utamanya adalah ilmu pengetahuan dan bukan hanya sekedar nilai.
Disarikan dari Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
0 komentar:
Posting Komentar